DIBALIK GUDANG ILMU

Jumat, 06 Mei 2016

Masa Kekhalifahan Utsman Bin Affan




MASA KEKHALIFAHAN UTSMAN BIN AFFAN

A.    Biografi Utsman bin ‘Affan
Nama lengkapnya Utsman bin ‘Affan bin Abi Al-Ash bin Umayyah bin Abd Al-Manaf dari suku Qurais. Lahir pada tahun 579 masehi enam tahun setelah penyerangan ka’bah oleh pasukan bergajah atau enam tahun setelah kelahiran Rasulullah SAW. Ibu khalifah Utsman adalah Urwy bin Kuraiz bin Robiah bin Habid bin Abdi Asy-Syisyam bin Abd Al-Manaf.
Utsman berperawakan sedang, raut wajah bagus dan putih dengan titik-titik bekas cacar, kmis kemerahan, jenggot lebat, rambut keriting dan panjang hingga ke bawah telinga, tulang persendian besar, dada bidang, badan penuh bulu, betis padat. Di antara akhlaq beliau yang sangat terkenal adalah pemalu, akal cerdas, iffah, suka bersilaturahim, takwa, suka menangis bila mengingat akhirat, tawadhu, mulia, dan dermawan.[1]
Utsman bin Affan masuk islam pada usia 30 tahun atas ajakan Abu Bakar. Setelah sesaaat masuk islam, ia sempat mendapatkan siksaan dari pamannya, Hakam bin Abil Ash.[2] Penulis menemukan dalam referensi lain bahwa Ibnu Sa’id mentakhrij dari Muhammad bin Ibrahim At-Taimy, dia berkata: “Setelah Utsman bin Affan masuk Islam, dia disandra pamannya Al-Hakam bin Abul Ash bin Umayyah, lalu ia diikat dengan tali yang kuat. Pamannya berkata, “Apakah engkau sudah membenci agama nennek moyangmu dan pindah ke agama yang baru?Aku tidak akan melepas dirimu selamanya hingga engkau bersedia meninggalkan agama ini.” Utsman menjawab: “Demi Allah aku tidaj akan meninggalkannya sama sekali dan juga tidak akan berpisah dengannya” Ketika Al-Hakam melihat keteguhan hati Utsman bin Affan, maka dia melepaskan dan membiarkannya.[3]
Ia dijuluki dznurain, karena meikahi dua putri Rasulullah SAW secara berurutan setelah yang satu meninggal yakni Ruqayyah dan Ummu Kultsum. Khalifah Utsman ikut berhijrah bersama istrinya ke Abesinia dan termasuk muhajir pertama ke Yatsrib. Ia termasuk orang yang shaleh ritual dan sosial. Siang hari ia gunakan untuk shaum dan malamnya untuk shalat. Ia sangat gemar membaca Al-Qur’an sehingga Khalid Muh Walid menulis bahwa untuk shalat dua rakaat saja, Utsman menghabiskan waku semalaman karena banyaknya ayat Al-Qur’an yang dibaca, dan pada saat khalifah Utsman wafat Al-Qur’an berada di pangkuannya.
Kesalehan sosialnya terbukti dan membeli telaga milik yahudi seharga dua belas ribu dirham dan menghibahkannya kepada kaum muslimin pada saat hijrah ke Yatsrib. Mewakafkan tanah seharga lima belas ribu dinar untuk perluasan masjid nabawi. Menyerahkan sembilan ratus empat puluh ekor unta, enam puluh ekor kuda, sepuluh ribu dinar untuk keperluan jaisyul Usrah pada perang tabuk. Setiap hari jum’at, Utsman membebaskan budak laki-laki dan seorang budak perempuan. Pada masa paceklik, masa pemerintahan Abu Bakar, Utsman menjual barang kebutuhan sehari-hari dengan harga yang sangat murah, bahkan ia membagikannya kepada kaum muslimin. Utsman termasuk orang yang sangat penyayang, sehingga pada suatu pagi ia tidak tega membangunkan pelayannya untuk mengambil air wudlu, padahal ia sedang sakit dan sudah udzur.
Pada zaman Nabi Muhammad SAW, Utsman mengikuti beberapa peperangan, diantaranya perang uhud, khaibar pembebasan kota mekkah, perang thaif, hawazin, dan tabuk. Perang badar, tidak ia ikuti karena disuruh oleh Rasulullah SAW. Menunggu istrinya yang sedang sakit sampai meninggalnya.[4]
Utsman menjadi khalifah pada tahun 644-655 M, yaitu selama dua belas tahun. Pada paruh terakhir masa kekhalifahannya muncul perasaan tidak puas dan kecewa di kalangan ummat Islam terhadapnya. Kepemimpinan Utsman memang sangat berbeda dengan kepemimpinan Umar. Ini mungkin karena umurnya yang lanjut (diangkat dalam usia 70tahun) dan sifatnya yang lemah lembut. Akhirnya pada tahun 35 Hijriyah/655 Masehi Utsman dibunuh oleh kaum pemberontak yang terdiri dari orang-orang yang kecewa itu.[5]

B.     Proses Pengangkatan Khalifah Utsman bin ‘Affan
Khalifah Umar membentuk sebuah komisi yang terdiri dari enam orang calon, dengan perintah memilih salah seorang dari mereka untuk diangkat menjadi khalifah baru. Mereka ialah Ustman bin Afan, Ali bin Abi Thalib, Talhah, Zubair bin Awam, Saad bin Abi Waqas dan Abdullah ditambahkan kedalam komisi enam itu, tetapi ia hanya mempunyai hak pilih dan tidak berhak dipilih.
      Melalui persaingan yang agak ketat dengan Ali sidang syura akhirnya memberi mandat kekhalifahan kepada Ustman bin Affan. Masa pemerintahannya adalah yang terpanjang dari semua khalifah di zaman para khalifah rasyidah yaitu 12 tahun, tetapi sejarah mencatat tidak seluruh masa kekuasaanya menjadi saat yang baik dan sukses baginya.[6]

C.    Kesuksesan pada masa khalifah Utsman bin ‘Affan
Para penulis sejarah membagi jaman pemerintahan Ustman menjadi dua periode, yaitu enam tahun pertama merupakan masa kejayaan pemerintahannya dan tahun terakhir merupakan masa pemerintahan yang buruk.
Pada masa-masa awal pemerintahannya Ustman melanjutkan sukses para pendahulunya terutama dalam perluasan wilayah kekuasaan islam daerah-daerah strategis yang sudah dikuasai Islam seperti mesin dan Irak terus dilindungi dan dikembangkan dengan melakukan serangkaian ekspedisi militer yang terencanakan secara cermat dan simultan di semua front. Di Mesir pasukan muslim diintruksikan untuk memasuki Afrika Utara .
Salah satu pertempuran terpenting disini adalah “Zatis Sawari” (peperangan tiang kapal) yang terjadi dilautan tengah dekat kota Iskandariyah, antara tentara Romawi dibawh pimpinan kaisar Konstantin dengan laskar muslim pimpinan Abdullah bin Abdi Sarah dinamakan perang kapal karena banyaknya kapal-kapal perang yang digunakan dalam peperangan tersebut disebutkan pendapat seribu bah kapal, dan 200 buah kapal milik kaum muslim sedangkan sisanya milik bangsa Romawi. Pasukan Islam berhasil mengusir pasukan lawan pasukan Islam bergerak dari kota Basrah untuk menaklukan sisa wilayah kerajaan Sasan di Irak, dan dari kota Kuffah kaum muslimin menyerbu beberapa profinsi disekitar laut Kaspia.[7] Berikut merupakan kesuksesan yang diraih pada masa kekhalifahan Utsman bin Affan:
a.      Ekspansi Wilayah
Pada enam tahun pertama masa pemerintahannya, khalifah Utsman berhasil meneruskan kebijakan-kebijakan ekspansi yang telah dirintis sejak masa Nabi SAW, Abu Bakar, dan Umar Ibn Khattab. Di samping meneruskan ekspansi, beliau juga berusaha memelihara wilayahyang telah dikuasai kaum muslim pada masa Umar terutama ke Khurasan dan Iskandayah. Di Front Timur (Khurasan), Yatsrib, Maharaja Persia yang telah dikalahkan Umar ibn Khattab pada perang Nahrawan, mengorbankan perlawanan kembali setelah enam bulan Utsman menduduki jabatan khalifah. Dalam pertempuran itu, kaum muslim berhasil merebut wiilayah-wilayah Kabul, Gaznah, Balka dan Turkistan bagian Timur.
Perluasan wlayah Islam di masa Utsman bertambah dengan perluasan ke laut sehingga membentuk angkatan laut. Ekspansi selanjutnya adalah: wilayah Khurasan seperti Naisabur, Tus, dan Marw berhasil dikuasai. Di utara, Muawiyah Ibn Abu Sufyan, gubernur Syiria berhasil menaklukkan Asia kecil hingga merebut pulau Cyklus tahun 28 Hijriyah. Di front Barat, Abdullah ibn Abi Syaad ibn Abi Sarh, gubernur Mesir, berhasil menerobos ke Tripoli dan berhasil menaklukkan sebagian Afrika Utara. Ibu kotanya, Cartago, harus membayar upeti kepada pemerintahan Islam di Madinah. Salah satu pertempuran yang dipimpin oleh gubernur Mesir itu terjadi yahun 31 Hijriyah di tengah laut. (laut tengah dekat kota Iskandariyah) berhadapan dengan tentara Romawi di bawah pi,pinan kaisar Konstantine, dikenal dengan peperangan Dzatissawari (pertempuran piang kapal). Setelah menguasai daerah-daerah itu, ekspansi gelombang pertama yang dilakukan sejak masa khalifah Umar dihentikan karena adanya perpecahan masalah pemerintahan di kalangan umat Islam.
Menurut Harun Nasution, di antara sebab-sebab yang membuat ekspansi Islam ke luar daerah sememnanjung arabia dengan cepat sejak masa abu bakar hingga masa Utsman ibn Affan adalah:
a)      Ajaran-ajaran Islam mencakup kehidupan dunia dan akhirat dengan kata lain Islam adalah agama dan negara.
b)     Keyakinan yang mendalam di hati para sahabat tentang kewajiban menyampaikan ajaran-ajaran Islam ke seluruh daerah.
c)      Kekaisaran Persia dan Byzantium dalam keadaan lemah.
d)     Islam tidak memaksa rakyat di wilayah perluasan untuk mengubah agamanya.
e)      Rakyat tidak senang atau tertindas oleh penguasa Persia dan Byzantium Timur
f)       Rakyau di wilayah tersebut memandang bangsa Arab lebih dekat pada mereka daripada Byzantium.
g)     Wilayah perluasan adalah daerah yang subur.

b.      Pengkodifikasian Al-Qur’an
Pada masa Utsman, dilakukan penyeragaman Al-Qur’an yang merupakan karya gemilang khalifah ketiga ini. Melalui kebijakan ini, Utsman berhasil menghapus perbedaan pembacaan persi Al-Qur’an dan menyusun mushaf Al-Qur’an dengan bacaan standar. Kelak mushaf inilah yang dikenal dengan sebutan mushaf utsmani. Oleh karena itu, mushaf Utsmani telah berhasil mengeluarkan ummat islam dari kemelut yang disebabkan perbedaan Qiro’at.
Panitia (Lajnah) penyusunan mushaf Al-Qur’an yang kedua dipimpinoleh Zaid bin Tsabit, melakukan pengecekan ulang yakni meneliti kembali mushaf Al-Qur’an yang disimpan di rumah Hafshah dan membandingkannya dengan mushaf-mushaf lain.  Ada empat mushaf Al-Qur’an catatn pribadi: mushaf Ali (ditulis oleh Ali bin Abi Thalib) terdiri dari 111 surat dengan surat pertama Al-Baqarah dan surat Terakhir Al-Maw’izatain. Kedua mushaf Ubay (ditulis oleh Ubay bin Ka’ab) terdiri dari 105 surat dengan surat pertama Al-Fatihah dengan surat terakhir An-Nas. Ketiga Mushaf Ibn Mas’ud (ditulis oleh ibn Mas’ud terdiri dari 118 surat dengan surat pertama Al-Baqarah dan surat terakhir Al-Ikhlas. Keempat mushaf Ibn Abbas (ditulis oleh Ibnu Abbas) terdiri dari 114 surat dengan surat pertama Iqra dan surat terakhir An-Nas.
Selanjutnya, Zaid bin Tsabit menyalin Mushaf Al-Qur’an dari rumah Hafshah dan menyeragamkan Qiroat dalam dialek Qurais. Zaid bin Tsabit membuat enam mushaf Al-Qur’an atas perintah khalifah Utsman bin Affan. Mushaf-mushaf itu dikirim ke Makkah, Madinah, Basrah, Kuffah dan Syria. Satunya lagi disimpan di Utsman sebagai mushaf al-Imam. Sementara iu selain yang disusun oleh panitia pimpinan zaid bin Tsabit diperintahkan untu dibakar.
 
c.       Otonomi Daerah
Berbeda dengan masa khalifah Abu Bakar dan Umar yang memerintah daerah adalah Amir dan Wali, pada masa Utsman ini semua wilayah dibagi sepuluh yang dipimpin oleh amir (Gubernur) yaitu:
a)      Mekkah oleh Navie’ ibn Abd Al-Harits al-Huzai
b)     Thaif oleh Sufyan ibn abdullah Al-Tsaqafi
c)      Sana’a oleh Ya’la bin Munbih
d)     Jand oleh Abdulloh ibn Abi Rabi’ah
e)      Bahrain oleh Utsman ibn Abi Al-Tsaqafi.
f)       Kuffah oleh Mughirah ibn Syubah al-Tsaqafi
g)     Basyrah oleh Abu Musa Abdullah bin Qais Al-Asy’ari
h)     Damaskus oleh Mu’awiyah bin Abi Sufyan
i)       Hins oleh Amr bin Sa’d
j)        Mesir oleh Amr bin Al-ash[8]

D.    Kemunduran Masa Kekhalifahan Utsman bin Affan
Setelah melewati saat-saat yang gemilang, pada paroh terakhir masa kekuasaanya, khalifah Usman menghadapi berbagai pemberontakan dan pembangkngan di dalam negeri yang dilakukan oleh orang-orang yang kecewa terhadap tabiat khalifah dan beberapa kebijaksanaan pemerintahannya. Tetapi sebenarnya kekacauan itu sudah dimulai sejak mula pertama tokoh ini terpilih menjadi khalifah. Berikut merupakan sebab-sebab mundurnya kekhalifahan Utsman bin Affan:
a.      Nepotisme
Usman terpilih karena calon konservatif, mereka adalah orang yang baik dan sholeh. Namun dalam banyak hal kurang menguntungkan, karena Usman terlalu terikat dengan kepentingan-kepentingan orang Makkah, khususnya kaum Quraisy dari puak Umaiyah. Kemenangan Usman sekaligus adalah suatu kesempurnaan yang baik bagi sanak saudaranya dari keluarga besar Bani Umaiyah. Oleh karena Usman berada dalam pengaruh dominasi seperti itu maka satu persatu kedudukan tinggi kekhalifahan diduduki oleh anggota-anggota keluarga itu.
Kelemahan dan nepotisme (hal memberikan pekerjaan kepada anggota keluarganya) telah membawa khlaifah ke puncak kebencian rakyat, yang pada beberapa waktu kemudian meletus menjadi pertikaian yang mengerikan dikalangan umat islam[9].
1.      Gubernur Syria, Muawiyyah (kemenakan usman yang telah menjadi wali Damaskus 10 tahun pada masa Umar), diberi otonomi yang lebih besar yakni wilayah kekuasaannya ditambah sehingga meliputi Damaskus, Himah, Palestina, Yordania dan Libanon
2.      Mengganti para pejabat penting negara dengan orang-orang yang masih mempunyai ikatan kekeluargaan dengannya. Gubernur Mesir, Amr Ibn Ash diganti oleh Abdullah Ibn Sa’ad Ibn Abi Sarh (Saudara sepersusuan Usman). Gubernur Kufah, Sa’ad Ibn Abi Waqqas diganti dengan Al-Walid Ibn Uqbah (Kemenakan Usman), Alwalid dianggap tidak kompeten maka diganti oleh Sa’d Ibn Al-Ash (kemenakan usman). Gubernur Bashrah Abu Musa Al-asy’ari diganti oleh Abdullah Ibn Amir (putra paman usman).
3.      Pengangkatan Marwan Ibn Hakam (saudara sepupu usman)sebagai sekertaris negara sehingga negara dikendalikan oleh satu keluarga.
b.      Pemberontakan
Usman tidak menyadari bahwa berbagai kebijakannya telah membuka kembali munculnya nilai-nilai Arab lama yang berwatak Ashabiyyah. Dari sudut mempertahankan kekuasaan dan wewenang kekhalifannya ia berhasil, namun dalam menjaga nilai-nilai egalitarialisme yang merupakan watak islam ia dikatakan gagal. Dalam masa pemerintahannya muncul rasa tidak puas berkepanjangan dalam masyarakat Islam. Ketidakpuasaan tidak hanya disebabkan oleh faktor politik namun faktor agama dan ekonomi juga turut mendukungnya.
Kebijakan usman yang meresahkan masyarakat antara lain :
1.      Kodifikasi al-qur’an Ibn Mas’ud di kufah menganggap bacaannya benar dan sesuai dengan yang ia terima dari Nabi merasa tidak puas, musuh-musuh usman melontarkan tuduhan pencemaran kitab suci.
2.      Membagikan tanah kepada kaum muslim yang melakukan migrasi ke Irak sangat merugikan Ahl qurra (penduduk asli) khususnya suku Bani Tamim.
3.      Wilayah Syria yang dikenal dengan istilah sanna man ra’a (sangat indah dipandang mata)hanya diperuntukan bagi Bani Umayyah dan ditetapkan tertutup bagi para pendatang.
4.      Tanah Fadak yang pernah disengketakan oleh Fatimah dengan khalifah Abu Bakar dijadikan milik pribadi oleh Marwan Ibn Hakam.
5.      Menghukum Abu Dzar al-Ghiffari dengan mengucilkannya karena mengkritik Muawiyyah Ibn Abi Sufyan yang sering mengadakan pesta dan mengabaikan kaum miskin.
6.      Harta Baitul Mal dipakai untuk kepentingan pribadi dan diberikan kepada kaum kerabatnya.
7.      Membagikan tanah-tanah kepada famili-famili dan kerabatnya tanpajalan yang syah, dan lain sebagainya.
Keluhan rakyat di daerah-daerah terhadap tindakan sewenang-wenang pejabat pemerintah yang diangkat Usman dari kaum kerabat dan familinya sendiri , tidak pernah sampai kepada khalifah. Pembantu-pembantu khalifah itu sengaja menutupi dan memandang remeh keluhan rakyat. Kepercayaan Usman terhadap famili dan kerabatnya semakin besar . Dengan memegang kekuasaan, mereka melakukan tindakan sewenang-wenang, menggencet dan menjatuhkan hukuman yang berat kepada orang-orang yang mereka curigai, dan membentuk kelompok untuk memukul lawan-lawan politik dan orang-orang yang tidak sepaham dengan mereka. Semua itu mengundang kebencian rakyat terhadap Utsman.
Menjelang akhir pemerintahan usman, pemberontakan terjadi di Kufah, Bashrah, dan Mesir. Hanya wilayah Syam(Syria&palestina) yang masih terkendali dibawah kekuasaan Muawiyah. Pada bulan Zulkaedah 35H/656 M, berdatangan rombongan dari Mesir, Kufah, dan Bashrah yang masing-masing berjumlah lebih 500 orang menunaikan ibadah haji ke tanah suci dan bertujuan mengepung kediaman khalifah serta menuntut agar khalifah usman meletakan jabatannya. Dari Mesir dipimpin Al-Gafiki Ibn Harbal-Akki mendirikan perkemahan di Zil-Marwa, berkeinginan mengangkat Ali Ibn Abi Thalib menggantikan Usman. Dari kufah dipimpin oleh Abdullah Ibn Assham Al-Amiri mendirikan perkemahan di al-aswah berkeinginan mengangkat Zubair Ibn Awwam menggantikan Usman. Dari Bashrah dipimpin oleh Hurkush Ibn Zuhair Al-Saadi mendirikan perkemahan di Za-Khusub, berkeinginan mengangkat Thalhah Ibn Ubaidillah menggantikan Usman.
Mereka mengepung madinah 40 hari dan pulang ke daerahnya masing-masing setelah protesnya direspon oleh khalifah. Selain itu, khalifah berjanji akan merubah sikap dan kebijaksanaannya. Sementara itu , pemuka-pemuka Bani Umayah seperti Muawiyah Ibn Abi Sufyan, Marwan Ibn Hakam, dan pembesar-pembesar Bani Umayah lainnya tidak kelihatan batang hidungnya. Mereka tidak membela dan melindungi Usman dalam keadaan yang sangat genting itu, mereka lepas tangan tak berbuat apa-apa. Padahal yang menjadi penyebab pemberontakan dan amarah yang meluap-luap terhadap Utsman adalah akibat perbuatan mereka yang tak bertanggung jawab. Mereka menghindarkan diri untuk menjaga pandangan bahwa perselisihan ini adalah perselisihan khalifah dengan kaum Muslimin, bukan perselisihan kaum muslimin dengan Bani Umayyah. Pada subuh hari Jum’at tanggal 8 zulhijjah tahun 35 H/656 M, khalifah Usman Ibn Affan meninggal dunia dalam usia 82 tahun sambil memeluk al-qur’an yang sedang dibacanya dan pembunuhnya adalah salah seorang dari pasukan pemberontak yang datang dari Mesir bernama al-Gafiki.[10]


KESIMPULAN

Setelah memaparkan mengenai masa kekhalifahan Utsman bin Affan, penulis berkesimpulan:
1.      Khalifah Utsman merupakan Khalifah ketiga setelah Umar bin Khattab yang masa kepemimpinannya paling lama di antara khalifah khulafaur Rasyidin lainnya.
2.      Proses pengangkatan kekhalifahan Utsman yaitu dengan cara pemilihan secara musyawarah.
3.      Kesuksesan yang pernah diraih pada masa kekhalifahannya yang paling monumental yaitu pengkodifikasian Al-Qur’an. Yang mana motif Utsman pada waktu itu takutnya ada perbedaan dalam pembacaan Al-Qur’an.
4.      Kemunduran Kekhalifahan Utsman yaitu dikarenakan ulah keluarganya yang memanfaatkan kedudukan Utsman agar mereka berkedudukan juga, sehingga banyaknya pemberontakan di kalangan masyarakat karena membenci khalifah dengan tuduhan nepotisme. Dan khalifah Utsman wafat dibunuh oleh orang-orang pemberontak.


DAFTAR PUSTAKA

1.      Ali Mufrodi. 1997. Islam di Kawasan Kebudayaan Arab.  Jakarta: Logos
2.      Badri Yatim.2003. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
3.      Dedi Supriyadi. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia
4.      Ratu Suntiah. 2014. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Interes Media Foundation
5.      Samsul Munir Amin. 2009. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah 
6.      Saikh Muhammad Yusuf Al-Kandahlawy. 1998. Sirah Sahabat: Keteladanan orang-orang di sekitar Nabi. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar
7.      Taswiyah. 2011. Sejarah Peradaban Islam.Jakarta: Diadit Media Press




[1] Taswiyah. 2011. Sejarah Peradaban Islam.Jakarta: Diadit Media Press. Hlm:69
[2] Dedi Supriyadi. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia. Hlm:86
[3] Saikh Muhammad Yusuf Al-Kandahlawy. 1998. Sirah Sahabat: Keteladanan orang-orang di sekitar Nabi. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. Hlm:115
[4] Dedi Supriyadi. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia. Hlm:86-87
[5] Badri Yatim.2003. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Hlm.38
[6]Samsul Munir Amin. 2009. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah  Hlm.104
[7] Ibid  Hlm.105
[8] Ali Mufrodi. 1997. Islam di Kawasan Kebudayaan Arab.  Jakarta: Logos. Hlm. 60
[9] Samsul Munir Amin. 2009. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah  Hlm.108
[10] Ratu Suntiah. 2014. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Interes Media Foundation. Hlm: 71-75

Tidak ada komentar:

UPSKILLING WORKING PERTAMINA INFOMEDIA

 UPSKILLING WORKING PERTAMINA INFOMEDIA Oleh : Yusuf Nurmansyah, S.Sos Upskilling Working Target          :  YUSUP NURMANSYAH               ...

TRENDING TOPIK GUDANG ILMU