MENGGALI KEPUNCAK HATI
Oleh : Yusuf Nurmansyah, S.Sos
Pembaca yang budiman tulisan kali ini saya kasih judul menggali kepuncak hati sebagai relfeksi materi materi yang di disampaikan oleh Ust. Fahrudin Faiz tentang menata kehidupan yang lebih baik, beliau adalah idola saya, beliau adalah guru saya yang mengarahkan hidup saya supaya lebih baik dalam mengelola pikiran, menata hati, mengontrol perilaku dan etika, menjaga lisan dengan baik, serta mengatur seluruh anggota tubuh baik lahir maupun batin agar dipergunakan secara maksimal untuk melakukan kebaikan dan pada akhirnya dapat mengantarkan kepada-Nya dan menggapai ridha-Nya.
Diantara beberapa ceramah yang beliau sampaikan ada beberapa hal yang saya pikir ini sangat penting buat kita renungkan, diantaranya tentang menata hati dengan baik. Hati ini merupakan satu hal yang sangat penting di dalam tubuh kita dan sangat penting pula untuk kita kelola dengan baik, seperti yang di sabdakan oleh baginda nabi Muhamad Saw :
" Ketahuilah, Sungguh di dalam tubuh itu ada segumpal daging. Jika daging itu baik, baiklah seluruh tubuh. Jika rusak, rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah, segumpal daging itu adalah qalbu (jantung/hati). (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
dan juga baginda rasulullah bersabda : Innamal A'Malu Binniyat (Sesungguhnya amal itu tergantung dengan niat )
Dari dua hadits di atas sangat penting untuk kita renungkan buat kehidupan kita, seperti dari hadis yang pertama bahwa di dalam tubuh kita ada segumpal daging yaitu hati yang apablia hati kita baik maka baik pula seluruh tubuhnya.
Oleh karena itu kita harus sering-sering muhasabah diri untuk menata hati dan membersihkan penyakit hati yang sering kali kita tidak menyadarinya, hati itu sifatnya abstrak maka setiap penyakit yang ada di dalam hati kita juga sifatnya abstrak seperti sifat iri terhadap orang lain, iri dengan kesuksesan yang orang lain capai, iri dengan penampilan orang lain yang lebih baik dari kita.
Kemudian merasa diri lebih baik dari orang lain, merasa diri lebih pintar, merasa diri lebih memiliki segalanya, merasa diri lebih soleh. Teringat katanya Ust. Fahrudin Faiz tentang sifat merasa diri lebih pintar dari yang lain katanya beliau apa yang akan kita sombongkan dari kepintaran kita, merasa diri berpengetahuan luas, merasa diri memiliki skill ini dan itu. Kepintaran itu sifatnya fakultatif tidak universal, artinya orang itu pintar sesuai dengan bidangnya masing masing, seorang guru IPS jangan sok pintar di hadapan guru guru yang lain, karena kamu pintar hanya dalam bidangmu saja, kamu belum tentu memahami bidang-bidang yang lainnya.
Ust. Fahrudin juga mengatakan bahwa orang yang pintar tidak akan merasa dirinya pintar, karena semakin pintar seseorang maka ia akan semakin merasa bodoh.
Kemudian hadits yang kedua juga sangat penting sekali untuk kita renungkan bahwa Innamal A'malu Binniyat sesungguhnya amal itu bergantung pada niat. Maka penting sekali kita memperbaiki niat kita dalam seluruh aspek kehidupan kita, terkadang meskipun kita berbuat kebaikan tetapai terkadang di balik kebaikan itu tersimpan niat yang kurang baik.
Seperti halnya dalam bekerja, niatkan pekerjaan kita semata-mata hanya untuk beribadah kepada Allah SWT. jangan niatkan kita bekerja hanya untuk mendapatkan perhatian orang lain, hanya untuk mendapatkan pujian dari orang lain bahwa kita bekerja seperti ini dan seperti itu karena dengan seperti ini di khawatirkan dapat menimbulkan sifat sombong dan ria.
Niat daalam beribadah juga penting untuk kita perbaiki, terkadang kita melakukan kebaikan dan sudah merasa bahwa diri sudah menjadi orang baik. Tetapi coba selami dan dalami kedalam hati dan jiwamu tentang perbuatan kebaikanmu itu, apakah niatnya Allah atau manusia. Sering kali kita terjebak dengan hal-hal seperti ini.
Terkadang kita sering kali berbeda shalat ketika sendiri di dalam rumah atau di dkotsan dibandingkan dengan shalat berjamaah di mesjid.
Pembaca yang budiman itu yang dapat saya bagikan mari kita bermuhasabah dan mulai menata hati dan niat kita lebih baik lagi.